KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini di susun
sebagai salah satu tugas mata kuliah
“Kewarganegaraan” yang berjudul “TEORI
GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN”.
Pada kesempatan ini pula dengan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Pada kesempatan ini pula dengan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun untuk makalah ini selanjutnya sangat di butuhkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Jambi, Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Globalisasi............................................................................................ 3
2.2. Sejarah Globalisasi................................................................................................. 4
2.3. Ciri Globalisasi....................................................................................................... 5
2.4. Macam-macam Globalisasi.................................................................................... 6
2.5. Dampak Globalisasi............................................................................................... 7
2.6. Teori Globalisasi.................................................................................................... 8
2.7. Reaksi Masyarakat................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan............................................................................................................ 12
3.2. Saran...................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban
manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari
proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh
aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan
permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah
istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer
sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai
istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh
dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia
secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai
dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut
mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai
pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas
dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap
negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi,
pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi
menurut Robertson (1992), mengacu
pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan
dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan
koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks
institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan
refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak
penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi
sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya
sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi
adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan
budaya.
Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi
merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin
mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam
kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di
belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai
individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya
ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut
merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi
sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan
TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan
dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat
dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain,
terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk
tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda
dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan
sebagainya.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian globalisasi?
2.
Bagaimana sejarah dari globalisasi?
3.
Apa ciri-ciri globalisasi?
4.
Apa saja macam-macam globalisasi?
5.
Apa dampak dari adanya globalisasi?
6.
Apa saja teori globalisasi?
7.
Bagaimana reaksi masyarakat terhadap globalisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar
bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga
batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi merupakan suatu proses di mana antar individu,
antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan
mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik
yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering
dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang
dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata
global, yang maknanya ialah universal. Achmad
Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu
(benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa
dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali
sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana
orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau
proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara
di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru
atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi
dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah
proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang
memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini,
globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir.
Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan
negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab,
globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore
Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah
Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat
bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
§
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan
sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara
tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin
tergantung satu sama lain.
§
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan
semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor,
lalu lintas devisa, maupun migrasi.
§
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan
sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia.
Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
§
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu
bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari
barat sehingga mengglobal.
§
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas:
Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi
pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada
pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan
sekadar gabungan negara-negara.
2.2.
Sejarah Globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena
di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional.
Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah
ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi
telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar
tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai
menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera)
maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald
di seluruh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum
muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang
antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India,
Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping
membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai
agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga
dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara
besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah
pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya
revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. berbagai
teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini,
seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di
dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku
serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di
Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa
membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika
Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa
contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi
hingga saat ini.
Kemudian fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat
momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh.
Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan
terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di
dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula
dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat
antar negara pun mulai kabur.
2.3.
Ciri Globalisasi
Ciri-ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan antara lain:
§
Berkembangnya pertukaran kebudayaan
internasional
§
Penyebaran prinsip multi-kebudayaan
§
Berkembangnya industry pariwisata
§
Semakin banyaknya imigrasi dari suatu Negara ke
Negara lain
§
Berkembangnya mode yang berskala global
§
Bertambah banyaknya event-event berskala global
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia, yaitu:
o
Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang
antarnegara menunjukkan keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia
o
Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu.
Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan
internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya,
sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan
banyak hal dari budaya yang berbeda.
o
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang
berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan
internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi
organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
o
Peningkatan interaksi kultural melalui
perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita
dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami
gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
o
Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada
bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi
ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru
bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut
ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang
ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan
ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi
sebagai zaman transformasi sosial.
2.4.
Macam-Macam Globalisasi
a.
Globalisasi Informasi
Kemajuan teknologi informasi melalui
satelit, komputer, internet dan media massa memungkinkan berita dari belahan
dunia dapat cepat sampai ke belahan dunia lain. Mengecilnya ruang dan waktu
telah mengakibatkan bahwa hampir tak ada kelompok orang atau bagian dunia yang
hidup dalam isolasi . Informasi ttg
keadaan/situasi lain dapat menciptakan suatu pengetahuan umum yg jauh lebih
luas dan aktual dari yang ada sebelumnya. Batas-batas teritorial suatu negara
menjadi tidak relevan . Batas negara tidak lagi menjadi batas informasi karena
seseorang mahasiswa di Indonesia dapat dengan cepat berkomunikasi langsung
dengan seorang mahasiswa di Harvard (AS).
b.
Globalisasi Ekonomi
Dalam bidang ekonomi ada tuntutan dunia yang berupa
perdagangan internasional tanpa hambatan batas-batas negara ( eksport dan
import ). Proteksi berupa bea masuk yg
tinggi atau larangan masuknya barang dari luar negeri dianggap bertentangan dgn
arus globalisasi
Menurut Tantri
Abeng perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi meliputi:
o
Globalisasi produksi
o
Globalisasi pembiayaan
o
Globalisasi tenaga kerja
o
Globalisasi jaringan informasi
o
Globalisasi perdagangan
c.
Globalisasi Kebudayaan
Perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif
terjadi pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi membutuhkan penyesuaian tata nilai dan perilaku.
Pengembangan kebudayaan diharapkan dapat memberikan arah bagi perwujudan
identitas nasional yg sesuai dgn nilai-nilai luhur budaya bangsa.
2.5.
Dampak Globalisasi
Adanya globalisasi mampu membuat dunia tampak sempit, dahulu
apabila kita akan menonton siaran sepak bola kita harus ke negara yang
mengadakan pertandingan. Tapi sekarang kita tidak perlu kemana-mana, kita cukup
melihat di televisi. Ketika akan menghubungi seseorang kita harus bertemu
dengan orang tersebut, tetapi sekarang dengan adanya pesawat telepon kita tidak
perlu bertemu langsung cukup berbicara melalui telepon saja. Adanya globalisasi
membawa manfaat bagi umat manusia tetapi ada juga dampak buruknya.
§
Dampak Globalisasi di Bidang Sosial dan Budaya
Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum
kapitalis dalam masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian barat di
negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk
kepingan CD/ VCD atau DVD. Dampak positif globalisasi di bidang sosial adalah
para generasi muda mampu mendapatkan sarana-sarana yang memungkinkan mereka
memperoleh informasi dan berhubungan dengan lebih efisien dengan jangkauan yang
lebih luas. Adapun dampak negatifnya adalah bahwa generasi muda yang tidak siap
akan adanya informasi dengan sumber daya yang rendah hanya akan meniru hal-hal
yang tidak baik seperti adanya bentuk-bentuk kekerasan, tawuran, melukis di
tembok-tembok, dan lain-lain. Dengan adanya fasilitas yang canggih membuat
seseorang enggan untuk berhubungan dengan orang lain sehingga rasa kebersamaan
banyak berkurang. Manfaat globalisasi di antaranya adalah informasi yang dapat
diperoleh secara mudah, cepat, dan lengkap dari seluruh dunia sehingga
pengetahuan dan wawasan manusia menjadi lebih luas. Akan tetapi dengan adanya
arus globalisasi kadang-kadang tidak disertai penyaringan. Semua informasi
diterima apa adanya. Hal itu berakibat pada perubahan pola hidup, pola pikir,
dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma kebudayaan bangsa Indonesia.
Segi budaya merupakan segi yang paling rentan terkena dampak negatifnya. Bentuk
informasi dan sarana yang dapat diterima dengan bebas mampu memengaruhi pola
bertindak dan berpikir generasi muda. Sebagai contoh, menurunnya budaya membaca
di kalangan pelajar, mereka lebih suka melihat televisi yang memperlihatkan
tontonan yang mengandung unsur kekerasan yang kemudian mereka tiru.
§
Dampak Globalisasi di Bidang Ekonomi
Dampak positif globalisasi di bidang ekonomi adalah
mampu memacu produktivitas dan inovasi para pelaku ekonomi agar produk yang
dihasilkan mampu bersaing dengan produk-produk yang lain. Pada era globalisasi
ini menuntut manusia yang kreatif dan produktif. Sedangkan dampak negatifnya
adalah mampu menimbulkan sifat konsumerisme di kalangan generasi muda. Sehingga
tidak mampu memenuhi tuntutan zaman karena sudah terbiasa menerima teknologi dan
hanya mampu membeli tanpa membuatnya. Globalisasi dan liberalisme pasar telah
menawarkan alternatif bagi pencapaian standar hidup yang lebih tinggi. Semakin
melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara-negara kaya dengan
negara-negara miskin. Munculnya perusahaan-perusahaan multinasional dan
transnasional. Membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli
usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. Munculnya lembaga-lembaga
ekonomi dunia seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, WTO.
§
Dampak Globalisasi di Bidang Budaya dan Politik
Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam
proses pembangunan. Para pengambil kebijakan publik di negara sedang berkembang
mengambil jalan pembangunan untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi.
Timbulnya gelombang demokratisasi ( dambaan akan kebebasan ).
a.
Dampak Positif Globalisasi:
o
Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
o
Mudah melakukan komunikasi
o
Cepat dalam bepergian
o
Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
o
Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
o
Mudah memenuhi kebutuhan
o
Semakin terbukanya pasar untuk produk-produk
ekspor
b.
Dampak Negatif Globalisasi:
o
Informasi yang tidak tersaring
o
Perilaku konsumtif
o
Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
o
Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang
buruk
o Mudah
terpengaruh oleh hal yang berbau barat
o Ancaman
masuknya tenaga kerja asing di Indonesia yang lebih profesional SDM-nya
2.6.
Teori Globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya
dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
1.
Para Globalis
o
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah
sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan
lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan
kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang
homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai
konsekuensi terhadap proses tersebut.
- Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
- Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
2.
Para Tradisionalis
Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi
tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos
semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa
kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun.
Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau
evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
3.
Para Transformasionalis
Para transformasionalis berada di antara para globalis
dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat
dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa
sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini
berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat
hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang
sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa
proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya,
dapat dikendalikan.
2.7.
Reaksi Masyarakat
a.
Gerakan pro-globalisasi
Pendukung globalisasi menganggap bahwa globalisasi
dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia.
Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan
bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling
menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan
dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai
dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki
keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efesien
dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada
produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan untuk menghentikan produksi
kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk memaksimalkan produksi
kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan membelinya dari
Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas
adalah adanya larangan-larangan dan kebijakan proteksi dari pemerintah suatu
negara. Di satu sisi, kebijakan ini dapat melindungi produksi dalam negeri,
namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang impor
sehingga sulit menembus pasar negara yang dituju. Para pro-globalisme tidak
setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka menginginkan
dilakukannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat ditekan,
akibatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan meningkat, kemakmuran
akan meningkat dan begitu seterusnya.
Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank
Dunia dan IMF, mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol
dan mengalirkan dana kepada suatu negara, bukan kepada suatu koperasi atau
perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak pinjaman yang mereka berikan jatuh ke
tangan para diktator yang kemudian menyelewengkan dan tidak menggunakan dana
tersebut sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang
negara, dan sebagai akibatnya, tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingkat
kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat
konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor, sehingga laju globalisasi akan
terhambat dan -- menurut mereka -- mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk
dunia.
b.
Gerakan antiglobalisasi
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum
digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang
perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar
negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Antiglobalisasi" dianggap oleh sebagian
orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai
istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun
juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan
sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan
hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi
penyebab-penyebab lainnya.
Namun, orang-orang yang dicap
"antiglobalisasi" sering menolak istilah itu, dan mereka lebih suka
menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua
Gerakan atau sejumlah istilah lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Globalisasi
adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi
yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Terdapat 3
golongan pemikiran mengenai globalisasi (teori globalisasi), yaitu:
1.
Para Globalis
o
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah
sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan
lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan
kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang
homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai
konsekuensi terhadap proses tersebut.
- Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
- Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
2.
Para Tradisionalis
Para
tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka
berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang
ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi
sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami
saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan
perdagangan kapital.
3.
Para Transformasionalis
Para
transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka
setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para
globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita
menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa
globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling
berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak
terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik,
terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
3.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
TITanium Art - Titanium Art - Art - Tinium Art
BalasHapusTitanium Art - Titanium Art. Art - Titanium Art. TITanium Art. TITanium Art. TITanium titanium rod in leg Art. TITanium Art. TITANY ART. TITANY trex titanium headphones ART. TITANY ART. titanium fidget spinner TITANY ART. TITANY ART. titanium auto sales TITANY titanium belly ring ART. TITANY ART. TITANY ART.